Wednesday, July 27, 2011

BATAM TE JAMME

Batam I'm Coming

Setelah menjalani pelatihan jurnalistik selama 1 bulan, aku pun mendapatkan kepastian untuk magang di Batam oleh Media yang melatih saya. Yang ada di bayangan saya, selain Batam ini kota industri Batam juga kota wisata hiburan malam. Tentu saja ini sesuatu yang menggiurkan bagi kebanyakan lelaki hidung belang termasuk saya.

Pada saat keberangkatan, saya yang selalu berupaya tepat waktu menepati janji pada waktu yang ditentukan. Kami bersama 6 teman lainnya diberikan order untuk berkumpul pada jam 10 walaupun kami tidak tahu jam berapa pesawat akan pergi. Saya menafsir memang program yang diberikan kepada kami tidak terkoordinir dengan baik. Tapi hal itu dapat saya maklumi mengingat kita hanyalah pengikut, tak baik sok kritis terlalu dini.

Yang dituakan di antara kami, Fatris datang terlebih dahulu karena memang ordernya ketua datang lebih dulu. Selain saya, dalam rombongan tersebut ada Sari Ita, Risma, Volta, dan Arif. Didampingi oleh koordinator kami Pak Rizal.

Seperti yang telah saya katakan tentang tak koordinasi tadi, hal itu terjadi ketika kami telah lama menunggu keberangkatan. Saat itu ada masalah pada ketua kami, Fatris. Istrinya sakit dan tentu pula anaknya juga dikhawatirkannya. Dia sejak pagi berusaha menyampaikan hal itu kepada Pak Rizal, namun dia tak bisa dihubungi, HPnya tidak aktif atau tidak diangkat, saya lupa. Pilihan utamanya tentu tidak pergi demi tanggung jawabnya sebagai suami untuk istrinya.

Setelah lama menunggu, akhirnya mentor atau koordinator kami Pak Rizal datang. Terlihat dengan tergesa-gesa mengatakan langsung berangkat. Dengan dua mobil kami diantar ke Bandara Internasional Minangkabau. Saya tak mengetahui bagaimana jadinya ketua kami Fatris. Tapi terlihat dia juga ikut pergi.

"Ini pegang tiket masing-masing, siapkan KTP," kata Pak Rizal.

Sementara yang di mobil satu lagi, tiketnya juga diberikan ke kami dan agar diberikan setelah sampai bandara. Setelah itu kami langsung Check in dan menuju ruang tunggu bandara. Sambil menunggu kamipun sempat bercengkrama. Tampak jelas bahwa ketua kami, Fatris ikut ke Batam. Sayapun heran kenapa dia jadi pergi sementara istrinnya sedang sakit.

Dalam pembicaraan Fatris dan Pak Rizal, saya mendengar kalimat dari Pak Rizal.

"Bagaimana ketua?? Aman??,"katanya

Kemudian Fatris menjawab "Aman Da,"

"Pokoknya nanti di Padang, istri Ketua tanggung jawab saya," lanjut Pak Zal.

Sebelum berangkat kamipun sempat berfoto bersama di ruang tunggu bandara. keadaan terlihat sudah mencair dan canda tawapun terlihat diantara kami. Pak Rizal berbicara kepada saya untuk selalu kompak dan tolong tolong sesama teman. Contohnya kepada Volta yang secara fisik bisa dikatakan memiliki kekurangan. Kakinya tidak berukuran sama sehingga dia berjalan seperti orang normal.

"Saya titip Volta sama kamu ya. Sebagai tim kita saling melengkapi lah," ujar Pak Rizal.

Kalimat itu juga diucapkannya kepada Arif yang notabenenya adalah yang tertua diantara kami meskipun belum beristri. Saya tahu itu dari cerita Arif dikemudian hari.

Keberangkatanpun datang waktunya, kalau tak salah penerbangan pukul 2. Pesawatpun lepas landas. Saya duduk di tengah di sebelah Risma, cewek muda yang terlihat cerdas ini, apalagi di dunia jurnalistik. Rasa ingin tahunya sangat tinggi sekali. Itu terlihat ketika dia serius sekali memandang di jendela pesawat. Tampaknya dia baru sekali ini naik pesawat.

Saya sebenarnya juga candu meihat keadaan di bawah saat berada di atas pesawat. Namun saya telah pernah naik pesawat sebelumnya. Tercatat saya telah pernah naik pesawat Padang Malaysia, Batam-Padang, dan Jakarta-Padang. Tapi tetap saja saya seperti orang baru naik pesawat, karena saya senang sekali melihat daratan dari ketinggian.

Di dalam pesawat saya melihat wanita seksi berbaju pink. Long dress tanpa lengan dan hampir melihatkan belahan dadanya dan juga sebagian pahanya. Dia berada beberapa bangku di belakang saya. Saya berpikir ini baru satu cewek Batam yang seksi dan saya memprediksi pasti banyak lagi yang seksi. Sekali-sekali saya mencuri perhatian ke belakang untuk melihatnya.

Tak kurang dari satu jam, pramugaripun mengumumkan bahwa tak beberapa lama lagi akan sampai di Batam. Sayapun melihat ke bawah dengan mendorong leher saya karena duduk saya memang tidak di dekat jendela. Saya melihat tanah yang aneh di daratan Batam dari pesawat. Tanahnya banyak berwarna merah. Dari ketinggian kadang terlihat tidak beraturannya tanah Batam. Di beberapa titik terdapat tanah merah yang sepertinya hasil dari perubahan lahan yang sebelumnya hutan. Kadang tanah itu berbentuk jalan dan kadang berbentuk seperti putungan-putongan tebing saja.

Pesawatpun mendarat, saya bersiap untuk turun. Tak lupa juga saya memperhatikan wanita seksi tadi. Sayapun melewatinya. Dia sedang mengambil tasnya yang diletakkan di dalam lemari tas di atas kursi pesawat. Saya berniat menolong. Sayapun mendapat senyumannya.

Turun pesawat kamipun berfoto-foto juga seperti orang tak pernah naik pesawat. Bahkan Pak Rizal yang lebih semangat. Meminta foto dengan latar belakang pesawat. Satu-satu diantara kamipun menelepon. Saya menelepon ibu saya kalau saya sudah sampai di Batam.

Kami dijemput oleh karyawan media dimana kami akan magang. Dengan 2 mobil kami dijemput oleh 3 orang. Yang terlihat berbicara adalah Pak Heryanto yang juga orang Padang. Perawakannya seperti pria gaya 90an dengan kumis tipis dan rambut sedikit keriting yang disisir ke belakang.

Perjalanan mengarah ke kantor media tempat kami magang. Sepanjang perjalanan saya memperhatikan jalan yang ada. Terlihat cukup rapi dengan jalan 2 jalurnya. Sesampai di kantor kami langsung disambut pemimpin perusahaan dan pemimpin redaksi.

Pemimpin perusahaan terlihat muda dan gaul dengan kalung di lehernya bernama Syafrinaldi dan pemimpin redaksi yang rambutnya setengah, tidak tinggi dan berbadan lebar yakni Pak Mahmud. Kamipun masing bertatap muka dan saling kenal mengenal. Di pihak kami disampaikan  oleh Pak Rizal dan di pihak media tersebut di MC-kan oleh Pak Heryanto yang menjemput kami.

"Disini kita membawa pasukan yang telah menjalani pelatihan selama satu bulan di Padang. Materinya tediri dari 2 minggu materi pengetahuan umum dan 2 munggu juga materi khusus jurnalistik dengan pemateri handal di Padang," terang Pak Rizal.

kedua pemimpin perusahaan dan pemimpin redaksi mengucapkan selamat datang. Keduanya menyampaikan keterangan mengenai Batam yang berbeda dengan Padang.

"Kalau di Padang hanya ada 1`mall yang besar, disini ada puluhan mall,"ujar pemimpin perusahaan.

Setelah bertemu ramah kamipun diantarkan ke rumah runah kani nebgunap yang nerupakan milik CEO perusahaam. Komplek perunahan tersebut namanya Bukit Indah Suka Jadi yang merupakan perumahan paling mewah di Batam atau mentengnya Jakarta. Tempat ini kata Arif dirancang oleh Siswomo Yudohusodo. Ini merupakan salah satu proyek perumahan yang berhasil dibanding proyek properti lainnya.

Rumah tersebut berlantai dua, jelas sekali ini rumah orang kaya. Kehidupan disinipun sangat sepi. Kentara sekali kehidupan individualis hinggap disini. Mungkin sama tetangga sendiri saja tidak saling mengenal.

Kamipun akan bermalam disini. Pemimpin redaksi juga tinggal disini. Karena lelah seharian, semua rombonganpun mandi. Kami yang laki-laki berkamar di lamtai 2. Terdapat 3 kamar. saya sekamar dengan Volta. Fatris ketua kami sekamar dengan Rifki. Sementara Pak Rizal satu kamar untuknya. Sungguh suatu kamar yang nyaman. ada AC dan kasur spring bed. Sayapun merasa seperti orang kaya.

Setelah mandi secara bergiliran, kamipun bersantai di ruang tempat ngumpul. Tak lama kemudian sopir yang tinggal dirumah itu Zul datang membawakan nasi bungkus. Kamipun makan bersama. Setelah itu kamipun berbincang-bincang dengan dengan pemimpin redaksi.

"Sebenarnya kami butuh 10 orang untuk posisi wartawan. Jadi siapa ni yang mau mengisi halaman di koran kita. Ada plahraga, metro, ekonomi, dan ada untuk mingguan," ujarnya.

Yulia dan Sari berebut untuk jadi mingguan. Ita tertarik karena biasanya halaman minggu ada seni dan sastranya. Mungkin Dari tertarik juga karena alasan itu. Saya sendiri direkomendasikan untuk olahraga oleh Pak Rizal dan saya sih setuju-setuju saja. Pak Pimred bilang olahraga memang dibutuhkan.

Kemudian kamipun kembali ke kamar masing-masing. Pak Mahmud mengingatkan kalau besok rutin ada senam pagi dan kita harus bangun jam 5 karena jan 5.30 senam telah dimulai.

Saya dan Cipta sempat bersengketa masalah tidur mati lampu atau hidup lampu. Saya tidur dengan hidup lampu dan dia tidak. Akhirnya saya bisa menang dan tidur dengan lampu hidup. Akam tetapi di tengah malam saya tahu dia mematikan lampu. Tak apa lah.

Awal yang Indah, Akhir yang Pahit

Karena tak terbiasa bangun pagi, saya pun terlambat bangun di hari kedua saya di Batam. Jadwal untuk pergi senam bugar sudah terlambat. Setelah mandi satu persatu kamipun berangkat bersama pimred. Diapun menjadi sopir kami.

Dalam perjalanan saya terus berpikir, bagaimana mau senam dengan sepatu kulit. Namun apa mau dikata. Saya harus konsisten menepati janji untuk membuktikan keseriusan.

Lokasi senamnya bernama Ocarina. Imi merupakan kawasan wisata terpadu seperti Ancol di Jakarta. Tapi ini miripnya dengan Ancol hanya sama-sama berada di tepi pantai. Untuk fasilitas lainnya masih kurang jauh dari Ancol. Namun tempat ini tetap disama-samakan dengan Ancol.

Ketika kami datang senam telah berlanjut. Pak Rizal dan teman-teman hanya duduk-duduk di belakang dan juga berjalan-jalan mengililingi tempat di sekitaran tepi pantai. Sedangkan saya bersenam dengan membuka sepatu kulit saya. Saya melakukannya karena saya memang tidak pernah olahraga selama bertahun-tahun. Yang saya ingat 3 tahun lalu saya sakit karena main futsal dan sejak saat itu saya tak mau berolahraga. Namun sekarang saya putuskan berolahraga mengingat badan dan perut saya yang semakin gendut.

Akan tetapi lagi asyik-asyiknya senam, saya malah dipanggil Pak Heryanto. Dia meminta saya untuk meliput acara ini. Jadilah saya wartawan pertama diantara teman-teman yang bertugas.

"kamu kan akan mengisi rubrik olahraga. Jadi sekarang coba liput ini. Tadi hadir Kepala Askes dan Dinas kesaehatan dan coba pula tanya tanggapan penunton,"katanya,

Sayapun bergerilya memilih siapa yang akan saya pilih untuk diwawancarai. Sebenarnya saya hanya ingin mewawancarai cewek-cewek cantik saja. namun karena saya mencoba untuk profesional maka saya tidak melakukannya. Saya bertanya kepada bapak-bapak dulu.

Namun setelah pikir-pikir akhirnya saya wawancarai juga wanita yang ada disitu. Karena senam talah berakhir saya bergegas mencari dimana ada cewek cantik. Setelah melihat-lihat akhirnya saya temukan.

Langsung saja saya menghampirinya dimana dia juga berjalan bersama rombongannya. Cewek ini ramah ketika saya tanyai. Saya tanyakan mengenai tanggapannya akan kegiatan ini, darimana dia tahu mengenai kegiatan ini, dan menanyakan sebagai anak muda kok bisa bangun pagi dan bela-belain ikut senam karena semalam kan malam minggu.

"Dari tadi kan kita udah ngomong, masak kita ga tahu nama masing-masing?," tanya cewek itu.

"Oooo iya nama saya Agus." kata saya sambil mengulurkan tangan saya.

Setelah kenalan diketahui bahwa namanya Widi. Setelah itu saya tanya-tanya dimana kerjanya dan alamatnya. Meskipun saya tidak tahu nama tempatnya satupun, Namun saya pura-pura mengerti. Mana mungkin saya tahu. Saya baru satu hari disini. Dia juga menanyakan aku tinggal dimana. Dengan bangga aku jawab Sukajadi. Perumahan paling elit di Batam ini. Hehehe.

Cewek satu ini sangat welcome berbicara dengan saya, sepertinya saya mendapat awal yang indah pada hari ini. Dia begitu cantik. Akupun tambah semakin GR ketika dia yang duluan meminta nomor HP saya. Wah baru satu hari di Batam udah dapat target, pikirku. Diapun memiscall nomorku. Sayang nomornya denganku tidak satu operator. Jadi agak mahal lah biaya PDKT. Sebenarnya saya  masih ingin bersamanya, namun karena profesionalitas saya terpaksa pergi, mengingat acara telah selesai.

Walaupun acara telah selesai, namun kami yang dari media yang mengadakan belum bergerak pulang. Kita terlibat pembicaraan ringan sambil berkenalan dengan staff kantor yang belum ditemui kemarin. Saat itu juga kita berkenalan dengan orang askes dan dinas kesehatan Batam yang menjadi sponsor. Ternyata mereka juga orang Padang. Memang orang Padang banyak di Batam ini.

Selanjutnya kami pulang namun belum sarapan. Di tengah perjalanan kamipun bercerita tentang di Batam yang banyak ruko, namun tidak ada penghuninya, Saya berpendapat ruko yang kosong ini akibat ambisi investasi yang jor-joran tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan yang pebisnis harapkan.

Setibanya di rumah kami tak tau apalagi agenda selanjutnya. Sayapun pergi berbelanja ke tempat yang agak jauh dengan jalan kaki sekedar untuk beli rokok. Inilah penyakitnya rumah mewah. Tidak ada orang yang jualan dekat lokasi karena semuanya orang kaya. Perjalanan beli rokok dengan jalan kakipun saya jalani dengan Volta, Dia yang tidak kuat secara fisik menyanggupi karana saya katakan tempatnya tidak jauh.

Sekitar hampir 1 km kami berjalan menuju minimarket. Tampak sekali Volta sangat capek namun saya hanya tertawa. Setelah itu kami balik, Volta sambil bercanda mengatakan "saya telah tertipu, katanya dekat tapi ini jauh namanya", katanya. Saya hanya tertawa melihatnya.

Setelah sampai di rumah, malang sekali bagi Volta. Pak Rizal memutuskan kita untuk pergi sendiri saja tanpa harus menunggu yang menjemput. Tentu saja kami berjalan keluar komplek tersebut hampir sekitar 1 km juga. Tak bisa kubayangkan betapa capeknya Volta. Namun sekali lagi saya hanya tertawa.

Kurangnya koordinasi oleh staff yang bertanggung jawab mengenai kami disesalkan sekali oleh Pak Rizal. KIta seperti ditelantarkan. Hampir siang kita belum sarapan. Dengan inisiatif sendiri dengan modal Fatris pernah ke Batam, kami pergi dengan angkutan umum.

Kami berhenti di tempat jalan masuk menuju Nagoya Hill sebuah pusat perbelanjaan terbanyak dikunjungi di Batam. Dengan Kennek orang flores dia meminta ongkos kepada kami, Kamipun turun di Nagoya. Akan tetapi kami tidak bertujuan ke Nagoya. Tujuan kami adalah nasi Padang karena kami lapar. Setelah memilih-milih dan tujuan tak jelas dari Pak Rizal. Akhirnya kami berjalan-jalan. Sampai akhirnya ke tempat yang namanya Jodoh.  Aneh sekali ya kok namanya Jodoh. Kabar burungnya tempat ini bernama demikian karena ada banyak cerita yang katanya bertemu jodoh di sini.  Kami makan di belakang hotel Sari Jaya yang mengingatkan saya pada 3 tahun lalu dimana saya menginap disitu.

Tak lama kami makan disitu datanglah Pak Budi salah seorang staff dari koran tepat kami akan magang bersama Pak Heryanto yang bertanggung jawab mengenai kami sejak pertama datang. Dengan muka agak bersalah dia mengucapkan maaf atas koordinasinya yang tidak maksimal dengan kami. Setelah makan kami beranjak jalan-jalan ke Nagoya Hill. Sementara itu Pak Heryanto mengingatkan saya untuk menulis berita yang saya liput tadi di kantor pada jam 4 sore. Jadi jalan-jalan saya tidak akan banyak seperti teman-teman lainnya.

Sesampai di Nagoya kamipun berjalan bersama pada awalnya. Namun setelah itu kami terpencar dan berjanji pada Pak budi untuk bertemu lagi satu jam berikutnya. Saya yang tidak terbiasa jalan-jalan di Mall ini hanya meluangkan waktu sebentar. Alasan utamanya adalah kalau tidak punya uang banyak dan tidak ada yang mau dibeli mengapa kita ke Mall. Saya hanya meluangkan waktu yang agak banyak di toko buku. Saya telah pernah kesini 3 tahun lalu dan saya juga telah tahu kalau toko buku ini sangat tidak update, tapi saya coba untuk keliling. Siapa tahu ada buku baru yang menarik dan update.

Seperti dugaan saya, memang bukunya tidak update. Saya mencari kegiatan lain dengan melihat cewek-cewek disana. Seperti di film-film, sayapun mendekati cewek yang lagi milih buku sambil bertanya-tanya. Cewek ini berjilbab dan chubby yang membuatnya tambah imut. Saya tanya apakah dia sering kesini dan dimana alamatnya. Namun dia hanya senyum-senyum kecut. Tak begitu banyak reaksinya dan sayapun kehilangan akal. Saya akhiri saja proses negosiasi ini. Setelah itu saya putuskan untuk turun ke gerbang sambil menunggu yang lainnya.

Di gerbang saya bisa merokok-rokok dan berdiskusi dengan Pak Budi. Sambil menghisap dan berdiskusi sayapun curi-curi kesempatan melihat cewek yang berlalu masuk Mall di depan saya. Banyak diantaranya berpakaian seksi, sungguh asyik untuk cucimata. Cewek seksi pada umumnya memakai hotpant ataupun gaun seksi sehingga tampak paha mulus dan ada juga yang punya bekas-bekas tak jelas di pahanya. Kebanyakan yang berpakaian hotpant adalah cewek Singapura. Konon katanya setiap akhir pekan banyak sekali wisatawan Singapur dan Malaysia berbelanja kesini.

Setelah beberapa lama akhirnya kamipun berkumpul dan siap beranjak ke lokasi lainnya.  Di tengah perjalanan Pak Rizal langsung mendrop saya dan menurunkan saya di kantor dengan alasan saya janji untuk buat berita hari ini. Saya heran padahal waktu itu baru oukul 12.00 sedangkan saya janji pukul 4. Saya merasa sangat dilecehkan seakan-akan saya tidak diizinkan menikmati jalan-jalan bersama teman-teman. Berjuta rasa kesal saya rasakan dan itu tertuju pada pak Rizal. Apa yang tidak dia senangi pada saya??

Saya tak bisa berbuat apa-apa, dilepaskannyalah saya sendiri seperti anak anjing ke kantor. Sesampai di kantor saya masuk dimana ada sekuritinya. Tentu saya tak bisa masuk sembarangan mengingat saya belum pernah ketemu dengan sekuriti ini. Saya telpon Pak Heryanto dan berbicaralah dia dengan sekuriti melalui hp dan akhirnya saya diperbolehkan masuk ruang redaksi.

Ruang redaksi berada dilantai bawah tanah seram sekali kelihatannya. Saya masuk dan disana ada satu wartawan bernama Marlina. Pakai jilbab dan tidak begitu cantik, gendut dan pendek. Saya memperkenalkan diri dan bertanya ini itu sampai akhirnya saya tahu dia juga orang Minang tepatnya asal Pariaman. Namun ketika saya ajak berbahasa Minang, dia menolak dengan mengatakan bahwa ini Batam harus pakai bahasa Indonesia. Aduh tak senang sekali saya melihatnya, kita hanya berdua di ruangan sesama orang Minang harus pula berbahasa Indonesia. Sok patenlah dia. Lalu saya minta rekomendasi komputer mana yang boleh dipakai.

Saya memakai komputer yang berlayar datar tapi dengan Keyboard lama berwarna putih. Tak lama berselang saya merasakan gatal-gatal digigit nyamuk. Ketika saya lihat ke bawah meja, memang banyak sekali nyamuk. Sungguh tak tahan saya dengan nyamuk ini. Kenapa kantor yang berlantai 4 ini ruang kerjanya banyak nyamuk. Sungguh tak enak sekali rasanya digigit nyamuk. Dari dulu saya sangat tidak nyaman dengan nyamuk dan nyamuk adalah musuh saya di dunia ini. Sayapun langsung update status di FB kalau kantor ini banyak nyamuk.

Setelah beberapa jam datang pak Heryanto, dia menanyakan berita yang akan mau saya buat dan saya katakan saya sedang mengerjakannya. Walaupun kelihatannya mudah, menulis berita itu asing-asing juga susahnya. Kadang ketika ide buntu kepala ini serasa mau diantukkan saja ke dinding. Setelah siap saya berikan kepada Pak Heryanto.

Setelah membaca beberapa saat dia dengan ramah berkomentar "tulisan kamu sangat mentah, tapi saya maklum karena kamu baru, Saya juga seperti itu dulu". Lalu saya mengangguk-angguk saja. Kemudian dia koreksi dan menambah tulisan saya. Setelah saya lihat memang berita saya yang diambil hanya sedikit. Saya lebih banyak menonjolkan pendapat masyarakat. Di tulisan Pak Heryanto banyak mengutip perkataan pejabat askes dan dinas kesehatan yang menghadiri acara senam tersebut. Ya ini salah satu nilai berita, orang yang berpendapat harus orang penting, masyarakat biasa tak ada haknya berpendapat.

Sore menjelang, rombongan teman-temanpun datang. Akhirnya kamipun pulang bersama dari kantor. Sesampai di rumah saya diberikan Pulpy orange oleh Pak Rizal. Katanya agar saya tidak sedih karena tidak ikut jalan-jalan ke Jembatan Barelang. Sebotol minuman itu intinya untuk membujuk saya agar tidak iba hati. Tapi pemberian ini membuat saya sangat sakit hati sekali seakan-akan perasaan saya ini hanya seharga sebotol pulpy orange. Sungguh tidak punya otak sekali Pak Rizal. Diapun berkata sambil tertawa seperti seorang pejabat menghina rakyatnya. Saya dengan keras menjawab "saya telah pernah ke jembatan itu kok". Sungguh saya sakit hati padanya. Sepertinya saya rakyat jelata yang tak pantas bergabung dengan dia. Sombong sekali dia. Jadilah hari ini dengan awal yang indah ketika bertemu cewek cantik bernama Widi dan akhir yang pahit dengan prilaku Pak Rizal yang tak punya otak ini.

Liputan Pertama

Tepatnya hari Senin (5/4), saya sudah mulai bertugas bersama redaktur saya di rubrik olahraga. Nama redakturnya adalah Yulianto, orang Malang Jawa Timur. Pada saat rapat pagi hari dia sempat mendapat tertawaan para redaksi dan manajemen perusahaan karena logat Jawanya yang kental saat menyebut "Gigi". Saat rapat itu Pak Ahmad pimpinan redaksi memperkenalkam satu-satu awak redaksi dan menajemen perusahaan dan tak lupa pula kami juga diperkenalkan.

Rapat terlihat tidak begitu berdialektika, nuansa diskusi yang intens tidak ada. Yang ada hanya pertanyaan dan jawaban pertanyaan serta instruksi. Rubrik Internasional agak disindir Pak Ahmad karena isunya yang kurang update. Selain itu wakil pimpinan perusahaan, Pak Aldi juga berkesempatan berbicara. Dia menunjukkan koran pesaing. Satu hal yang instruksinya yang baru saya tahu di dunia jurnalistik adalah para wartawan dianjurkan pula untuk cari iklan karena posisinya itu lebih menguntungkan dan sering berhubungan dengan narasumber sehingga ikatan emosinya lebih kuat. Memang hanya dianjurkan tapi terkesan wajib.

Salah satu redaktur disini adalah salah seorang anggota KONI Kepri, Dia bernama Ari dan masih berstatus bujangan di usia yang dibilang tidak muda lagi. Setelah rapat saya diinstruksikan redaktur untuk mewawancarai Ari ini mengenai persiapan Porwil yang kan diselenggarakan bulan Juni 2011. Pada saat wawancara ada salah seorang karyawan wanita yang nimbrung entah urusan apa dia dengan Ari. Karyawan itu memakai rok di atas lutut sehingga pada saat duduk saya dapat melihat pahanya yang agak berbulu sedikit-sedikit namun tidak terlalu kelihatan sampai ke pangkal paha. Akan tetapi saya cukup menikmati. (Off the Record).

Pada bagian wawancara tersebut ada membahas mengenai persoalan kolam renang. Cabor renang tidak diadakan di Porwil Sumatera nanti karena Kepri tidak memiliki kolam renang yang standar berdasarkan kajian yang dilakukan PB PRSI (Persatuan renang seluruh Indonesia) secara langsung ke kolam renang yang dimiliki oleh Sekolah Harapan Utama Batam. Untuk lebih membuat beritanya komprehensif saya harus bertanya kepada pengelola kolam renang di Sekolah tersebut.

Saya berangkat bersama redaktur dengan motornya. Namun tidak langsung menuju kolam renang tersebut. Dalam perjalanan dia bercerita kalau dia kasihan melihat saya. Gajinya tidak seberapa dia bilang. Nanti kamu menyesal. Tapi saya katakan biar saja saya coba dulu.

Seperti yang telah saya katakan tadi, saya tak langsung menuju lokasi kolam renang. Kami singgah di kantor salah satu berita online di Batam. Disana kami masuk dan diterima pemimpin perusahaan media tersebut. Rupanya dia orang Malang juga, nereka berdua ngomong bahasa Jawa yang saya tidak mengerti, Saya hanya mengerti ketika dia berkata "Jancuk" yang merupakan kata kasar di Jawa. Pemimpin perusahaan itu bernama Magid dan dia memberikan kartu namanya kepada saya.

Setelah beberapa jam berada di kantor tersebut, kamipun bergerak menuju lokasi kolam renang di Sekolah Harapan Utama (SHU). Sesampainya disana, Mas Yulianto bilang supaya saya nanti pulang sendiri. Sayapun terkejut karena masih ada rasa takut kalau-kalau saya tak bisa pulang mengingat saya belum mengenal daerah ini. Tapi terpaksa saya menerimanya karena hubungan hirarkinya saya berada di bawahnya. Dengan menenteng helm pinjaman saya mencari pengelola kolam renang yang bernama Maizon, mirip nama sebuah minuman.

Saya menanyakan langsung kepada orang yang membersihkan kolam renang mana yang Pak Maizon. Tanpa menyulitkan saya dia menunjukkan Pak Maizon yang sedang makan di kantin yang lokasinya dekat dengan kolam renang. Ketika saya menghampiri saya katakan saya dari media ingin bicara tentang permasalahan kolam renang ini. Karena dia sedang makan dia mengatakan tunggu dulu. Terpaksalah saya menunggu sendirian sambil memegang helm di salah satu tempat duduk di kantin tersebut dekat meja Pak Maizon.

Dalam penantian saya, saya melihat bahwa banyak diantara siswa-siswi di sekolah ini merupkan etnis tiong hoa atau orang Cina. Saya memperhatikan setiap yang lewat di depan saya. Kadang mereka berbicara bahasa Indonesia kadang pula bahasa Cina mungkin. Cukup asyik juga melihat wanita-wanita Tiong Hoa yang cantik ini. Mereka memakai rok. Ada diantaranya yang agak pendek roknya. Jadilah pikiran saya ini melayang.

Beberapa saat ada seorang wanita yang mungkin karyawan di situ berbicara dengan Pak Maizon dalam bahasa Inggris. Saya memperhatikannya. Dia cukup cantik juga dengan baju karyawan eksekutif yang anggun dan saya mengagumi dan menikmatinya.

Setelah percakapan mereka selesai dan sepertinya Pak Maizon telah siap makannya, saya menghampiri Pak Maizon. Saya menanyakan bagaimana tanggapannya mengenai inspeksi dari pusat yang menyatakan kolam renang sekolahnya tidak standar.

"Ya tidak apa-apa, kolam renang ini memang hanya diperuntukkan untuk anak sekolah, kalau dibuat pula standr olimpiade tentu ini sangat tidak sesuai dengan anak sekolah mengingat kedalaman kolam renang olimpiade tentu lebih dalam. dengan kedalaman sekarang ini saja masih banyak anak-anak yang tenggelam karena tidak bisa berenang. Akan tetapi kalau pemerintah ingin menggunakan kolam renang ini tidak masalah. Pada prinsipnya saya mendukung kegiatan olahraga seperti pada Porkot dan Porprov lalu," katanya.

Dia merasa tidak bisa apa-apa karena SHU adalah pihak swasta. Tidak berniat untuk menawarkan ini itu pada pemerintah. Akan tetapi dia menyatakan memang urusan fasilitas ini baiknya dibuat oleh swasta. Kalau pemerintah yang mengerjakan terkesan asal jadi saja sehingga uang jadi terbuang sia-sia. Contohnya kolam renang yang di Bengkalis.

Setelah merasa cukup lama, sayapun minta pamit kepada Pak Maizon. Dengan menenteng helm saya melangkah keluar dari sekolah itu. Betapa anehnya diri saya. Tidak punya motor tapi menenteng-nenteng helm. Saya yang telah lapar mencari satu kedai nasi masakan Padang. Setelah berjalan lebih dari 100 meter, saya menemukannya. Sayapun makan dengan lauk pauk yang murah yakni dengan tahu kalau tak salah. Setelah itu saya melangkah mencari rokok. Agak jauh juga berjalan karena jarang toko jualan serba ada di dekat lokasi itu.

Lalu saya pulang dengan angkot berwarna kuning. Di perjalanan saya selalu memperhatikan jalan mengingat letak dan ciri fisik kantor agar saya nanti bisa berhenti. Banyak sekali yang mirip jalannya sehingga saya harus teliti kalau tidk tentu saya tersesat. Akhirnya saya melihat ciri-ciri kantor bagian belakan yang pagarnya ditutup dan jalannya sebelum jalan menurun. Sayapun turun dan sesampai di kantor saya ketik berita menjadi 2 bagian. Besoknya saya dijadwalkan berjalan-jalan untuk pengenalan medan liputan bersama Pak Heryanto yang berlagak seperti guide. Kami hampir mengelilingi seluruh Batam.  Saya melihat berita yang saya tulis, beritanya dijadikan satu dan tanggapan dari Pak Maizon hanya sedikit yang dimuat.

Susahnya Mencari Berita Olahraga

Berita olahraga identik dengan event, pertandingan, ataupun kompetisi. Apabila tidak ada hal tersebut lalu apa berita olahraganya. Mungkin bisa saja pengurus organisasi olahraga. Namun itu akan menjadi seperti berita politik yang mengandalkan pernyataan narasumber.

Pada awalnya proyeksi saya ada mengenai event olahraga, tapi karena eventnya sore dan malam tentu agak sulit juga mencarinya siang. Saat itu ada turnamen futsal bernama ATB Futsal ATB championship. Turnamen ini diadakan oleh ATB yakni PDAMnya Batam. Tidak seperti PDAM lain di Indonesia, PDAM disini dikelola oleh swasta.

Rencananya saya siang bersama redaktur pergi ke tempat pertandingan untuk menanyakan hasil-hasil oertandingan kemarin di lokasi pertandingan yang bernama Ikan Daun, sebuah gelanggang futsal yang terletak di Batam Center.

Ketika sampai disitu, kami tidak menjumpai panitia. Yang ada hanya penjaga lapangan futsal yang tidak tahu menahu tentang turnamen. Aneh sekali masak pertandingannya disini dia tidak tahu. Yang dia tahu adalah nanti malam pertandingannya tidak diadakan disini lagi melainkan di lapangan coloseum yang berjarak tidak jauh dari Ikan Daun Futsal.



Karena tidak ada bahan yang bisa jadi berita, kamipun tak tahu lagi kemana mencari informasinya. Kontak panitiapun tidak diketahui oleh pengelola lapangan ini. Tapi kami melihat draf dan skema pertandingan.  Ini bisa membantu dan akupun mencatat tim-tim yang bertandingan dan perjalanan kompetisi.

Setelah itu saya hanya melihat-lihat orang yang bermain futsal. Sementara redaktur saya terlibat pembicaraan dengan seseorang yang saya tidak tahu siapa. Lapangan futsal disini cukup bagus. Ada yang berlantai sintetis. Yang main pada saat itu banyak anak sekolah. Memang Futsal telah menjadi alternatif lain para pecinta bola.

Beberapa lama setelah itu kamipun beranjak dari lokasi tersebut. Di tengah perjalanan redaktur saya mengeluh tentang sulitnya berita olahraga ini kalau dicari siang-siang. Apalagi kalau tidak ada event, kemana akan dicari berita olahraga.

"Kalau kita ke Koni bagaimana?", usul saya.

Diapun memberikan tanda setuju dan kamipun segera menyambangi Koni Batam. Kantor tersebut berbentuk ruko dengan 2 lantai. Ya disini banyak kantor yang berbentuk ruko.

Sesampai di Koni, terlihat aktifitas disana sangat sunyi. Yang ada hanya 2 orang. Seorang lelaki tua dan wanita. Redaktur saya menanyakan entah siapa. Namun sepertinya orang yang diharapkannya tidak ada. Dengan spontan Redaktur langsung saja menyarankan Bapak yang ada disitu untuk diwawancarai.

"Gus, Bapak ini saja kamu wawancara. Ini pengamat olahraga dan udah senior di kalangan olahraga Batam," ujarnya.

"Tentang apa ini wawancaranya, Tentang PSSI aja ya," sabung Bapak itu.

Pada awalnya kami memang berbicara mengenai kisruh PSSI yang hangat pada saat itu. Setelah itu lama-lama pembicaraan makin mengarah kepada pembinaan olahraga ketika saya menanyakan solusi terhadap olahraga ini. Dapatlah saya angle berita dimana penekanan dari bapak ini adalah mengenai sinergi antara pihak yang terkait dengan olahrga saat ini kurang koordinasi sehingga perlu ditingkatkan.

Setelah wawancara kami langsung ke kantor. Sayapun mengetik berita hasil dari wawancara bersama bapak tadi yang bernama Yeyen. Dari begitu banyak pembicaraan saya dalam wawancara tadi, saya pada saat menuliskannya memang agak sedikit bingung juga. Kenapa pada saat-saat tertentu ide ini menjadi hilang. Itulah susah-susahnya mengarang kadang kepala ini seakan-akan pusing memikirkan apa yang akan mau dituliskan. Setelah beberapa lama bekerja di depan layar, beritapun selesai juga dibuat.

Setelah berita saya buat, saya main-main facebook saja di kantor. Chating dengan teman-teman dan adik-adik yang saya kenal di Padang sangat asyik sekali. Tampaknya apabila kita berpisah hubungan itu semakin erat. Apalagi teman saya di UK-Kes UNP, organisasi kesenian kampus yang mana saya merasa seperti keluarga disitu. Sayapun lebih fokus sebenarnya hanya chating dengan adik-adik cewek yang cantik dan imut di UK-Kes. Kamipun berbicara kangen-kangenan. Hehehe. Saya suka semuanya, tentu yang cantik-cantik saja. Sungguh saya sayang sekali sama adek-adek cewek ini.

Lagi asyik-asyiknya main Facebook, redaktur saya datang menghampiri dan menyuruh buat berita dimana datanya diberikan kepada saya. Berbentuk press release jadi saya hanya tinggal menyusunnya. Yang membuat saya agak gembira adalah ini berita tentang konser artis di salah satu Pub di Batam. Saya berpikir, jadi selain olahraga liputan saya juga mengenai hiburan. Berarti saya pasti berhubungan dengan Pub. Ini sungguh suatu kesempatan yang bagus sekali untuk bisa main-main ke Pub untuk melihat cewek-cewek cantik ataupun pelacur.Hehehe.

Sayapun telah siap membuat press rilisnya dimana nama bandnya adalah Fabolous yang terdiri dari 4 personel, salah satunya adalah Kia AFI. Dia akan konser besok.

Pada malam hari menjelang saya pulang, sekali lagi saya dapat tugas mendadak dari redaktur. Saya diminta untuk meliput pertandingan futsal ATB yang saya sebutkan tadi. Pertandingan telah memasuki babak semifinal. Karena saya tak punya motor, redaktur saya Mas Yulianto meminjam motor wartawan lainnya serta juga meminta fauzan untuk menemani saya. Fauzan jelas di raut wajahnya dia tidak mau, tapi apa mau dikata dia tak bisa menolak suruhan dari redaktur saya. Jadilah kami pergi berdua.

Dengan modal saya pernah kesitu tadi siang, saya berani untuk menuju lokasi meskipun baru satu kali pergi ke situ. Di dalam perjalanan saya mengingat-ingat jalannya. Saya yang sudah terlampau pede akhirnya kehilangan arah. Ya kami tersesat. Jalan yang saya ingat tadi tidak sesuai dengan perjalanan. Motorpun melaju ke tempat yang saya tidak pernah tahu sebelumnya. Akhirnya saya sadar telah tersesat dan memutuskan berhenti dan bertanya pada orang.

Orang yang saya tanyai menunjukkannya dengan ramah, tapi sebenarnya saya belum paham. Dia bilang dekat kantor pos padahal saya belum pernah melihat kantor pos di Batam ini. Saya hanya memahami panduannya mengenai balik kanan saja. Karena segan terus bertanya akhirnya saya putuskan saja bergerak walaupun belum pasti tahu dimana lokasi tepatnya.

Setelah itu saya bertanya lagi dengan orang yang ada di jalan mengenai lokasi pertandingan futsal. Sayapun melihat lapangan futsal yang ditunjukkan orang tadi. Tapi ternyata bukan itu lapangan futsalnya. Yang ada bukan pertandingan melainkan main futsal biasa. Sayapun bertanya lagi dan tak juga menemukannya. Sekali lagi saya bertanya pada orang yang punya warung. Dari jawabannya sayapun tidak tahu soalnya dia menyatakan dekat ini dekat itu padahal saya tidak tahu yang dekat ini dan dekat itu.

Akhirnya saya putuskan untuk berhenti. Saya telepon redaktur saya. Diapun sama seperti yang lainnya. Bilang dekat ini dekat itu. Sayapun istirahat sejanak. Waktu istirahat saya melihat tulisan besar "REGATA" yang hurufnya berjejer seperti tulisan HOLLIWOOD". Ya akhirnya saya ingat tulisan itulah klunya. Setelah melihat tulisan itu lalu belok kanan dan lurus. dengan mudah saya menemukannya. Ternyata saya tersesat tadi hanya berputaran dekat daerah itu-itu saja.

Setelah sampai saya langsung masuk arena pertandingan. Saya memilih duduk berada di dekat panitia dan tamu. Tidak di tempat penonton agar lebih leluasa melihat pertandingan. Sayapun menanya salah seorang yang duduk siapa panitianya. Setelah bertemu sayapun mendapat datanya mengenai pertandingan yang telah selasai dan yang sedang berlangsung.

Saya juga menanyakan siapa ketua panitianya. Setelah ditunjukkan, ketua panitianya bernama Nurzal Chaniago. Jelas sekali bahwa dia orang minang. Dia bilang ini merupakan turnamen yang kedua dilaksanakan oleh PDAM Batam yang bernama ATB. Nantinya dia juga mengatakan akan membentuk wadah futsal Batam. Saya heran kenapa baru akan dibentuk. Bukankah PSSI melalui Badan Futsal Nasional telah menginstruksikan kepada PSSI daerah untuk membentuk Badn Futsal Daerah dan memang diakui oleh Bapak ini bahwa PSSI tidak mengakomodir sehingga dia mengambil inisiatif sendiri.

Sayapun menyelesaikan wawancara dengannya. Setelah itu tampak seorang wanita cantik bersama Pak Nurzal. Saya tidak tahu itu entah siapanya namun terlihat mereka duduk berdua dengan mesra. Jelas saya tambah iri, bapak-bapak saja bisa ditemani perempuan cantik yang agak berkumis tipis, sedangkan saya walaupun masih muda tak ada diperlakukan seperti itu. Selanjutnya wanita inipun merokok, pikiran kolotku mengatakan bahwa dia bukanlah wanita baik, tapi setelah pikir-pikir tak pantas pula saya menjudge seseorang wanita tidak baik hanya karena dia merokok.

Setelah pertandingan selesai sayapun bersama Fauzan langsung pulang. Namun hal pertama tadi terjadi lagi, kami tersesat lagi. Saya yang merasa selalu ingat jalan akhirnya tersesat lagi entah kemana jalannya. Fauzanpun terlihat marah-marah sambil bercarut-marut. Terlihat sekali dia tidak senang mengalami pengalaman ini. Agak kurang kesetiakawanannya menurut saya pada waktu itu karena dia tak memaklumi saya. Dia hanya marah-marah tanpa bersabar bahwa jalan pulang pasti ada. Diapun bagi saya adalah teman yang tidak mau bersusah-susah. Beda bagi saya justru disaat susahlah kesetiakawanan itu diuji.

Diapun langsung ambil inisiatif supaya dia saja yang bawa motor. Diapun jalan entah kemana sampai ke tempat yang agak lengang. Saya telah tahu sebenarnya jalan itu salah, tapi karena dia hanya marah-marah saja jadi saya enggan memberi tahu. Di tengah perjalanan Voltapun menelpon saya. Dalam keadaan panik ini diapun hanya bertanya tanpa memberikan solusi. Akhirnya tempat yang ramai dapat kami capai. Kami istirahat dulu dan saya berteleponan dengan Volta. Saya yang panik mengeluarkan kata kotor kepadanya dengan emosi tinggi. Hal itu diakibatkan oleh pernyataannya yaitu "kalau tersesat ya balik saja lah" dengan lantang saya jawab dengan didahului kata-kata kotor bahasa minang saya jawab "kalau saya tahu jalannya pasti saya pulang lah, ini kan masalahnya saya tidak tahu.

Pada waktu istirahat terbesit ide untuk naik ojek ke kantor. Katanya koran kami ini terkenal, tapi tukang ojek juga kurang tahu juga. Tukang ojek akhirnya bilang bisa mengantar setelah saya terangkan panjang lebar lokasinya dekat mana. Namun di perjalanan tukang ojek itu nengantar kami ke salah satu koran saingan kami. Sayapun jadi tambah putus asa. Sayapun bertanya lagi pada orang-orang. Akhirnya saya sampai juga di kantor. Setelah kami pulang ke rumah yang baru kami tempati yakni rumah susun, kamipun tertawa-tertawa mengenang kisah tersesat ini.

Horeee !!! Akhirnya Saya ke Pub

Saya berharap nantinya saya akan ke pub setelah menulis berita mengenai pertunjukan musik di salah satu Pub di Kota Batam ini. Paginya saya selesaikn dulu berita pertandingan futsal dimana saya dan fauzan tersesat dalam meliputnya. Ya setelah itu saya ditelepon redaktur untuk pergi ke pub tersebut pada siangnya. Saya juga bingung mengapa saya ke pub siang-siang. Ternyata sing itu pub itu mengadakan konfrensi pers dengan artisnya.

Karena saya tidak punya motor, sayapun berangkat dengan angkot setelah bertanya kepada otang-orang di kantor mengenai lokasinya. Letaknya di kawasan terpadu Harbour Bay dan nama pubnya G's Pub. Nama daerahnya masih masuk dalam kawasan Batu Ampar tapi lebih dekat ke pasar Jodoh. Sayapun dikasih kontak manajernya yang bernama Suta Tirta. Orang bilang lokasinya dekat dari kantor. Ya sayapun mengingatnya karena ketika kami tersesat kemarin, kami berhenti disitu dan kemudian memanggil jasa ojek untuk pulang.

Sayapun tiba di kawasan tersebut. Saya bertanya dimana lokasinya. Disitu pertama kita akan melihat Mall yang terdapat Carefour disana. Saya bertanya pada securitynya, dia menjawab dibelakang disamping harbour Bay. Sayapun berjalan pada siang hari yang terik itu. Ditambah lagi saya pakai baju lengan panjang. Bertambah berkuah saja badan saya karena panas. Ternyata tempatnya cukup jauh dari depan. Ada sekitar 1 km saya berjalan pada siang yang seperti neraka itu.

Saya melihat Harbour Bay. Perkiraan saya penderitaan karena panas ini akan segera berakhir. harbour Bay seperti artinya adalah pelabuhan. Ini merupakan salah satu pelabuhan yang mengantar kita ke negara tetangga Singapura dan Johor Malaysia. Setelah melihat di sebelah Harbour Bay, G's Pubpun terlihat. Ketika masuk saya kembali menelepon redaktur saya bahwa saya telah sampai. Katanya tunggu saja dulu nanti Dion akan datang. Dion juga salah satu karyawan di media kami yang kemudian saya ketahui dia sebagai salah satu staff iklan.

Karena rasa ingin tahu yang tinggi sayapun masuk ke dalam Pub tersebut. Di dalam ternyata tidak ada acara apa-apa. Yang terlihat hanya para karyawan yang membersihkan lantai dan meja di Pub tersebut. Ya tempatnya memang seperti yang di film-film itu. Ada meja bulat dengan kursi yang agak tinggi. Tentunya ada juga meja bar dimana kita bisa duduk dengan langsung bis pesan minuman.

Saya menunggu agak lama sekitar setengah jam menanti manajernya. Setelah itu baru datang Dian yang baru saya kenal pada waktu itu juga meskipun kami satu kantor. Walaupun manajernya telah datang namun acara belum juga dimulai. Kamipun disuruh duduk dulu sambil menunggu dan diberinya coca cola. Tak lama saya menunggu datang beberapa orang yang agak berperawakan Cina. Ada satu cewek seksi yang memakai sepatu tinggi dan rok mini yang memperlihatkan pahanya yang mulus. Saya ingin sekali berkomunikasi dengannya, tapi saya masih ragu.

Sesama mereka dia berbicara entah pakai bahasa apa saya tidak mengerti. Bahasa Cina kayaknya juga tidak. Itu juga salah satu alasan saya agak takut berkomunikasi dengannya. Kemudian diketahui bahwa mereka adalah otang Filipina dan tentunya bahasanya tadi adalah bahasa tagalognya Filipina. Setelah menunggu beberapa alama acara belum juga dimulai. Salah seorang wartawan koran lain (Batam Pos) juga datang, namanya Pak Tanjung. Dia agak tua dari tampangnya dan gaya penampilannya sutdah cukup tua.

Sambil menunggu acara dimuli sayapun berdiskusi dengannya, Rupanya dia juga orang Minang akan tetapi dia besar di Sulawesi. dia sangat menyesalkan sekali acara yang menurutnya sangat terlambat ini. Terlihat dia protes ke manajer Pubnya. Sangat kritis sekali dia tampaknya. Diapun bercerita dengan saya kalau jadi wartawan itu sangat bagus. "Kalau kamu berhenti, masih ada tempat lain yang menampung. Belajarlah dulu di media kamu" katanya.

Melihat pembicaraan saya dengan wartawan lain tersebut, Dion yang satu bendera dengan saya mengatakan jangan terlalu terpengaruh dnegan omongan dia, nanti dia ditariknya kamu ke medianya. Pasti dia bilang media kita tidak jelas, media dia juga nggak jelas kok.

Setelah lama menunggu, akhirnya wartawan yang senior itu memutuskan untuk pergi saja dan tidak mengikuti acara. Dia beralasan masih banyak hal penting lainnya yang akan dikerjakan ataupun diliput. Walaupun dia pergi sebenarnya masih ada wartawan lainnya dari bapak tadi.Telah ada wartawan dari koran Batam Pos itu. Dia pakai kacamata dan akhirnya saya ketahui dia bernama Enal.

Selanjutnya acara konfrensi pers tampaknya mulai digelar. Para kru tampaknya mulai mengatur meja dan artis yang sesungguhnyapun datang. Mereka bernma Fabolous beranggotakan 4 orang, 2 bule dan 2 orang Indonesia. Salah satu anggotanya adalah Kia AFI. Manajer Suta Tirta langsung saja memulai untuk konfrensi dengan langsung menanyakan apa ada pertanyaan dari wartawan. Melihat gelagat itu saya langsung saja memberi saran untuk terlebih dulu kepada masing-masing performer memperkenalkan diri masing-masing karena ketika itu tak ada wartawan yang menanggapi dengan pertanyaan.

Setelah mereka memperkenalkan diri saya langsung tunjuk tangan dan bertanya dengan bahasa Inggris karena mereka memperkenalkan diri umumnya dengan bahasa Inggris kecuali 2 orang Indonesia. Fokus pertanyaan saya lebih pada kenapa mereka memilih genre Hip Hop dan R n B karena aliran ini masih belum bisa diterima luas oleh kalangan umum Indonesia. Selanjutnya pertanyaan dari Enal yang kayaknya dia menyindir saya dengan berkata "Kalo yang disebelah pakai Bahasa Inggris, saya pakai bahasa Indonesia saja", katanya.

Konfrensi perspun selesai, setelah itu Suta mengatakan bahwa setelah konfrensi pers kita ada acara jamuan dulu. Ketika saya diminta saya tentu mengiyakan saja, namanya makan gratis. Tapi ternyata hanya saya awak media yang ikut. Yang lainnya pergi saja sendiri-sendiri. Saya pikir juga baik saya ikut aja jamuan makan daripada saya jalan kaki dari Pub itu ke depan sendirian lebih baik saya pergi sama mereka. Sayapun ikut dengan mobil yang telah disediakan tapi tidak bersama artis melainkan dengan kru Pub itu menuju Nagoya, Mall paling top di Batam.

Setelah samapai di Nagoya sayapun digiring untuk makan di salah satu gerai makanan di sana. Sayapun akhirnya duduk dengan para artis layaknya saya artis juga. Waiterpun datang menawarkan makanan dan saya bingung dengan menunya karena saya tidak pernah makan ke tempat elit, bahkan ke CFC sekalipun. Akhirnya saya pilih saja bakso, hahaha dasar orang kampung. Sambil makanpun sayapun ngobrol dengan beberapa diantara mereka yang mau bicara dengan saya. band dari Filipina itu juga ikut saya sempat berbicara dengan pemain basnya kalau sebenarnya dia juga ingin membawakan lagu-lagu Indonesia.

saya sebenarnya tidak terlalu antusias berbicara dengannya, karena saya lebih tertarik pada ceweknya yang seksi itu, namun keliahatannya dia lagi nggak mood jadi saya hanya melihat-lihatnya saja sambil sekali-sekali melihat pahanya yang mulus. Selanjutnya saya juga bicara dengan Kia AFI berbicara mengenai hal-hal standar saja karena sebenarnya saya juga nggak tertarik berbicara dengannya karena sebenarnya saya nggak suka dia waktu di AFI, saya melihat AFI sebagi acara bencong, pakai nangis-nangis segala. Saya berbincang dengan personil Fabolous lainnya yang orang Ambon. Dia mengatakan kalau istrinya juga orang Padang dan kayaknya dia menghargai saya sebagai orang Padang.

Yang tak terlupakan adalah ternyata dalam rombongan itu ada cewek cantik bernama Shinta Putri yang akhirnya diketahui bahwa dia adalah artis yang main di tayangn "Keluarga Miring" di Trans TV yang jadi mahasiswanya. Pada mulanya dia bilang pada saya "Mas wawancarai juga saya dong". lalu dia bilang kalau dia adalah bintang televisi dan juga pernah main dalam beberapa film dan FTV. Dia parasnya cantik dan juga pacar salah satu anggota Fabolous yang bule, jadi saya malas saja mendekatinya. Namun saya tak menyanggka kalau dia yang memulai dulu bicara dengan saya. Dia lalu memberikan email dan Facebooknya dan sayapun bertemannya di Facebook.

Karena saya terkejar deadline, sayapun akhirnmya memutuskan untuk pulang duluan. Sesampainya di kantor saya sempat bercerita pada teman redaksi kalau saya makan bareng artis. Pimredpun sepertinya memuji saya dengan mengatakan kepada teman-teman lain "Liat si Bayu dia udah makan bareng artis".

Selanjutnya saya buat berita dan redaktur saya mengarahkan kalau buat berita seakan-akan acaranya telah selesai. Sayapun bingung bagaimana bisa cara membuatnya sedangkan konsernya nanti malam. Dia bilang beritanya nanti nggak update kalau dibuat besok, karena ini koran cetak. kalau besok buat beritanya, besoknya lagi akan terbit. Sayapun akhirnya ngarang-ngarang saja kalau acaranya heboh dan sebagainya.

malamnya saya disuruh lagi mendatangi acara tersebut. Saya sempat bingung bagaimana caraya nonton konsernya sedangkan saya tidak punya kendaraan ke sana karena angkot tidak ada malam hari. Akhirnya Redaktur saya mencarikan jalan dengan menyuruh salah satu kru lay out untuk membawa saya yang namanya Nov. Keliatannya dia juga sangat ingin  pergi ke tempat hiburan.

baru saja saya datang, seorang perempuan seksi telah menyambut saya untuk mengarahkan dimana akan duduk sesuai dengan media masing-masing. Cewek itu berbaju putih dengan celana ketat hampir sampai ke selangkangannya. Sayapun langsung terpana dan masih terkesima dengan keseksiannya. Namun tak berapa lama kemudian dia langsung meninggalkan kami untuk menyambut yang lain. Dia lebih mesra lagi dengan yang lain kadang sampai ciuman, sedangkan saya hanya disambut sebentar saja. Sayapun duduk di kursi yang telah disediakan sambil menunggu acara mulai.

Acara dimulai dengan seksi dancer yang seksi juga, namun kebanyakan diantaranya ketiuka dilihat lebih jkauh banyak yang bermuka petak. Sederhanya itu hanyalah Dancer mengandalkan keternbukaan tubuhnya. Mereka tampil dengan seksi celana hotpant sampai selangkangan dengan gerakan-gerakan erotis. Lalu Dion datang sambil bawa kameranya. Sayapun memegang dan mencobanya sambil mempraktekkannya dengan memfoto seksi dancer itu.\

Sekeliling saya lihat memang penuh dengan cewek seksi, suatu pemandangan yang baru bagi saya. Karena sebenarnya di Padangpun saya belum pernah masuk Pub. Ternyata cewek-cewek yang berkeliaran itu istilahnya adalah PR (Public Relation). Merekalah yang menyambut dan melayani custumer sampai pelayanan seks sekalian jika berminat. Beda dengan apa PR yang saya pelajari di sekolah kesamaannya adalah dia orang berkomunikasi dengan klien/pelanggan ataupun konsumen.

Fabolouspun tampil dan membawakan beberapa lagu. Kadang mereka tampil sendiri-sendiri. Tampaknya mereka kurang berhasil membangun crowd yang ada. Para penonton hanya duduk-duduk dio mejanya sambil menenggak minuman keras dan hanya beberapa yang ikut bergoyang. Setelah tak ada yang bisa saya lakukan dan tak ada pula orang ataupun cewek (ngarep.com) kamipun akhgirnya pulang. Tapi lumayanlah ini pengalaman pertama masuk Pub dan melihat kehidupannya. Paling tidak saya telah melihat cewek seksi.

SELANJUTNYA SAYA JADI SERING KE PUB, UNTUK TAHU CERITANYA LIHAT SAJA FOTO-FOTO INI..