Thursday, January 12, 2012

Perayaan Abnormalitas “Lelaki Terindah”


Sejak beberapa dekade ini telah terjadi beberapa perubahan diskursus. Apa yang sebelumnya dianggap mapan, satu,dan sentral kini telah coba digoyang dengan memberikan tawaran-tawaran perpektif baru. Ya, masa yang dikenal popular sebagai postmodern ini memang telah membukan segala kunci yang dulunya utuh terjaga kemudian menjadi sesuatu hal yang dapat ditolak. Tokoh-tokoh seperti Foucoult, Derrida dan beberapa nama lainnya sukses menjelaskan kompromi hegemoni yang terjadi selama ini.tak terkecuali mengenai hal-hal yang selama ini dianggap normaldan abnormal
Foucoult dengan metode discourse berhasil menelanjangi segala fenomena yang kita anggap normal selama ini. Umumnya diskursus digunakan untuk menetapkan apa yang dianggap normal melalui perangkatnya yakni kekuatan dan pengetahuan untuk melegitimasi hal tersebut. Jadi apa yang normal bukanlah sesuatu yang turun dari langit melainkan sesuatu yang diolah melalui pengukuhan diskusus yang berulang-ulang sehingga kita menganggapnya normal dan disinilah ideology bergerilya.. Dalam konsep normal seperti Laki-laki dan perempuan, laki-lakilah yang dianggap superior daripada wanita. Anggapan ini secara berabad-abad terus didengungkan sampai akhirnya para feminis berhasil memberikan posisi tawar untuk menolak dikotomi yang merugikan wanita. Feminis membedakan gender dan seksualitas. Gender bukanlah sesuatu yang alami akan tetapi merupakan konsep yang dialamiahkan oleh perangkat sosial sehingga menempatkan wanita pada posisi yang tersubordinasi . Sedangkan seksualitas merupakan sesuatu yang alami dan tak ada hubungannya dengan konstruksi sosial.
Namun menurut Moh Yasir Alimi, feminisme memang sukses membongkar relasi yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan, tapi gagal memahami ketidakadilan yang bersumber pada seksualitas. Feminisme dianggap terlalu banyak terkonsentrasi pada gender. Kalau ada perbincangan soal seksualitas dalam feminisme biasanya adalah persoalan seksualitas yang masih dalam bingkai heteroseksualitas. Dalam seksualitas, heteroseksual adalah apa yang dianggap normal sedangkan homoseksualitas adalah sesuatu yang abnormal. Dikotomi inilah yang terus dipertahankan sehingga mengukuhkan heteroseksual sebagai sesuatu yang normal.
Sementara itu Derrida melihat normal dan abnormal sebagai suatu permainan bahasa. Menurutnya tidak ada suatu tanda yang mendahului bahasa sehingga semua tanda seperti normal merupakan hasil dari konstruksi sosial. Jadi semua apa yang dianggap normal itu adalah suatu produk sejarah dan produk representasi yang dikelola dengan bahasa. Lebih lanjut hal yang dianggap normal dikonstruksi menjadi suatu kebenaran universal dan apa yang berada diluar itu dianggap abnormal seperti homoseksual. Heteroseksual mendapatkan pembenaran melalui pelabelan yang negative secara terus menerus melalui kekuatan bahasaterhadap homoseksualitas.
Pola penawaran perspektif ini dapat kita lihat di lingkungan sosial nyata ataupun karya seni. Di lingkungan nyata dapat dilihat betapa menjamurnya kecendrungan akan hal abnormalitas untuk menunjukkan eksistensi. Dalam karya seni juga dapat dilihat karya yang ingin menawarkan perpektif baru mengenai seksualitas. Satu diantaranya dapat dilihat dari novel karya Andrei Aksana terbitan Kompas Gramedia yang berjudul “lelaki terindah”. Konstruksi fiksi dalam karya ini memberikan alasan tersendiri untuk prilaku abnormal seperti homoseksualitas.
Novel ini menggambarkan perjuangan dua lelaki yang memilih jalan sebagai homoseks yang lazim disebut “cinta terlarang” dengan berbagai tantangan baik itu dari diri sendiri ataupun dari luar diri. Karakternya sendiri adalah Rafky dan Valent. Rafky merupakan sosok ideal bagi seorang laki-laki. Dengan fisik yang nyaris sempurna dan juga intelektualitas yang juga sepadan. Sedangkan Valent merupakan seorang lelaki yang terkesan mempunyai kehidupan sendiri dan memiliki suatu daya tarik yang khas yakni walaupun tidak sempurna secara fisik namun apabila melihatnya berkemungkinan akan memiliki hasrat untuk bersimpati kepadanya karena fisiknya yang kelihatan lemah dan sakit.
Rafky tak pelak lagi tak hanya menarik bagi perempuan, namun jenis kelamin apapun yang melihatnya pasti akan menyimpan kesan kekaguman akan sosok Rafki. Tinggi menjulang 180 cm dan berdada bidang. Seperti yang digambarkan di novel ini “Tubuhnya cadas menantang badai/tubuhnya baja tak tembus peluru/sekuat itu/sekokoh itu”.Dengan kegagahan itu bahkan dia bisa menghipnotis siapapun yang melihatnya seperti ketika kejadian dia terlambat uttuk check in pada keberangkatan pesawat.dengan wajah tampannya dia bisa meluluhkan hati petugas bandara untuk mengizinkannya tetap bisa berangkat meskipun pesawat hanya beberapa menit lagi take off. Dapat dibayangkan betapa gawatnya pesona yang dimiliki Rafky sehingga siapapun akan takluk olehnya. Pembaca novel ini mungkin sangat menyayangkan mengapa Rafky menjadi homoseksual.
Di dalam pesawat menuju Bangkok Thailand itulah Rafky bertemu dengan Valent. Keduanya memulai dari perbincangan ringan yang kaku yang dimulai oleh Valent. Pada saat transit di Singapurapun sepertinya mereka terjebak pada situasi yang mengharuskan mereka bertemu. Valent memeiliki tampang yang cukup rupawan, tidak gemuk dan tidak kurus sepadan antara badan dan tingginya kira-kira 173cm tapi terlihat lemah dan rapuh.Mungkin karena itulah Valent memiliki pesona tersendiri yakninya kelemahan yang mengundang simpati bagi setiap orang yang melihatnya. Rafky mengalami kondisi perasaan yang dia tak mengerti seperti ada suatu magnet dari diri Valent. Namun, cara pikir logisnya terus meredam hal tersebut. Itu terlihat ketika mereka sampai di Thailand, Rafkipun bergegas meninggalkan Valent meskipun dalam perasaan sesungguhnya dia masih memikirkan Valent.
Akan tetapi tampaknya, rafky memang tak bisa menghindar dari Valent. Pada saat pengambilan bagasipun mereka bertemu lagi. Valent juga kali ini yang memulai percakapan. Bahkan sampai menawari Rafkyy untuk menginap di kamarnya saja. Jelas disini Rafky tak berdaya menghadapi intervensi dari Valent yang keliatan lemah ini namun sangat agresif. Merekapun menginap sekamar di hotel yang cukup prestisius di ThaIland. Walaupun secara prinsip berbeda dan Rafky sering menantang apa yang ada dalam diri Valent, Rafkypun tetap takluk oleh Valent. Seperti Rafky yang tidak mau berfoya-foya untuk kemewahan dalam traveling. Namun Rafky selalu bisa dikalahkan oleh Valent. Hal inilah yang membuat Rafky menjadi semakin penasaran dengan Valent dan bahkan menmpatkan Valent pada focus khusus pikirannya sampai akhirnya Rafky menerima tawaran valent untuk bersetubuh dengan Valent.
Dari cerita tersebut Rafky sebenarnya secara sadar juga telah mengakui nilai sosial bahwa seksualitas itu harus heterseksual. Namun inilah yang dinamakan perasaan dan naluri yang tidak bisa diingkari dan cinta itu bisa menyentuh siapa saja. Hal ini juga mengindikasikan bahwa seks dilakukan tidak hanya untuk hal yang berkaitan dengan reproduksi. Namun juga bersifat kesenangan dimana setiap manusia memiliki hasrat alami untuk menyalurkan hasrat seksualnya. Hal inilah yang ditekankan oleh Foucoult dimana dia mempertanyakan diskursus bahwa seks hanya bertujuan reproduksi dan melupakan hasrat “pleasure” atau kenikmatan yang murni dimiliki manusia. Jelas disini heteroseksual memaksakan bahwa berhubungan seks hanya untuk memperoleh keturunan dan menepikan kenikmatan sebagai suatu normalitas dalam ruang seksualitas. Hal inilah yang menyebabkan sosial menganggap hetereseksual sebagai satu-satunya cara yang mutlak dalam hubungan seksual.
Novel ini kentara sekali memberikan tawaran untuk merayakan abnormalitas. Hal ini disebabkan oleh adanya fondasi yang kuat dalam membenarkan homoseksualitas. Fondasi tersebut disini adalah latar belakang lingkungan keluarga Rafky. Dia merupakan anak satu-satunya laki-laki di keluargaya. Nilai-nilai kelelakian telah ditanamkan padanya. Dia telah terbiasa melindungi saudara perempuan dan keluarganya. Dia sosok yang sangat pemberani dan pelindung. Dengan begitu tak pelak lagi nilai-nilai kejantanan sangat melekat padanya apalagi ditambah dengan fisik yang gagah dan tubuh yang ideal. Dalam hubungan percintaanpun Rafky sangat tidak susah untuk mencari pasangan. Rata-rata dia memiliki kekasih setiap musim dan hubunganpun berakhir karena Rafky yang memutuskan. Rafky sebagai laki-laki tak memiliki kekurangan lagi.
Latar belakang tersebut tentunya sangat mempengaruhi keadaan Rafky. Tentu saja hidup di tengah pujaan wanita menjadikannya sudah terbiasa dan wajar baginya. Hal inilah yang turut mempengaruhi seksualnya dimana heteroseksual yang sangat mudah didapatkannya tidak lagi berarti baginya karena wanita secantik apapun telah pernah dikencaninya. Pada sisi inilah Rafky rindu dan ingin untuk merasakan hal yang berbeda. Pertemuan dengan Valent seakan-akan menjadi pintu baginya untuk menemukan kenikmatan lain.
Sedangkan Valent adalah anak laki-laki yang ayahnya telah meninggal pada saat dia masih kecil. Sehari-hari dia hanya dengan ibunya sampai besar. Dia tidak diizinkan keluar karena memiliki penyakit. Dia sendiri kemana-mana harus membawa obat dan penyakit untuk meredam rasa sakit. Bila terlambat sedikit saja nyawanya bisa melayang. Ketidakadaan sosok sang ayah inilah tentu mempengaruhi Valent untuk merindukan sosok seorang ayah. Sosok yang akan melindunginya apabila terjadi sesuatu dan juga kasih sayang dari seorang ayah. Apalagi dengan fisiknya yang lemah dia ingin sekali membuat sosok laki-laki untuk mengasihinya. Nampaknya sosok pelindung tersebut ada pada Rafky sehingga Valentpun sangat menginginkan Rafky.
Tergambar jelas bahwa kedua lelaki ini memiliki satu kaitan yang sangat butuh membutuhkan satu sama lain. Rafky jenuh dengan perempuan dan tidak merasakan lagi “pleasure” dari perempuan dan juga karakter maskulinnya yang ingin melindungi. Sangat cocok sekali untuk Valent yang merindukan sosok seorang ayah karena dari kecil hanya ditemani oleh ibunya. Hal ini menyebabkan kedua tokoh ini memiliki hasrat untuk bersama untuk mendapatkan kesenangan yang diinginkan. Karena dorongan hasrat adalah suatu hal yang ilmiah dan itu tidak tergantung apakah itu heteroseksual ataupun homoseksual. Jelas disini apa yang ada pada heteroseksual hanyalah suatu konstruksi sosial saja. Rafky dan Valent lah dua manusia yang mencoba menawarkan perspektif tersebut meskipun tentunya penolakan dari luar ada namun hal itu tak bisa dihentikan meskipun akhirnya Valent meninggal dan Rafky kehilangan cinta sejatinya karena kuatnya tekanan konstruksi social.
Secara singkat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seksualitas adalah konstruk sosial dan budaya, serta akibat dari praktek diskursif yang dilakukan berulang-ulang melalui bahasa dan kekuatan (Foucault). Perspektif yang popular dengan nama queer ini memang memberikan alasan yang cukup kuat untuk mencoba menggoyang singgasana heteroseksual. Namun pendekatan yang didasarkan pada pemikiran-pemikiran poststrukturalis ini juga tidak bebas kritik. Memang sepertinya teori ini hanya bersfat emosional terhadap sesuatu yang tidak adil sehingga mengalfakan semua kebenaran. Ketertindasan gender atau seksualitas lebih dipahami sebagai ketertindasan secara ideologis dan representasi, daripada kondisi material penindasan itu. Tapi Tentu saja pemikir diatas mempunyai jawaban atas hal tersebut.