Sejak
beberapa dekade ini telah terjadi beberapa perubahan diskursus. Apa yang
sebelumnya dianggap mapan, satu,dan sentral kini telah coba digoyang dengan
memberikan tawaran-tawaran perpektif baru. Ya, masa yang dikenal popular
sebagai postmodern ini memang telah membukan segala kunci yang dulunya utuh
terjaga kemudian menjadi sesuatu hal yang dapat ditolak. Tokoh-tokoh seperti Foucoult,
Derrida dan beberapa nama lainnya sukses menjelaskan kompromi hegemoni yang
terjadi selama ini.tak terkecuali mengenai hal-hal yang selama ini dianggap
normaldan abnormal
Foucoult
dengan metode discourse berhasil
menelanjangi segala fenomena yang kita anggap normal selama ini. Umumnya
diskursus digunakan untuk menetapkan apa yang dianggap normal melalui
perangkatnya yakni kekuatan dan pengetahuan untuk melegitimasi hal tersebut.
Jadi apa yang normal bukanlah sesuatu yang turun dari langit melainkan sesuatu
yang diolah melalui pengukuhan diskusus yang berulang-ulang sehingga kita
menganggapnya normal dan disinilah ideology bergerilya.. Dalam konsep normal
seperti Laki-laki dan perempuan, laki-lakilah yang dianggap superior daripada
wanita. Anggapan ini secara berabad-abad terus didengungkan sampai akhirnya
para feminis berhasil memberikan posisi tawar untuk menolak dikotomi yang
merugikan wanita. Feminis membedakan gender dan seksualitas. Gender bukanlah
sesuatu yang alami akan tetapi merupakan konsep yang dialamiahkan oleh
perangkat sosial sehingga menempatkan wanita pada posisi yang tersubordinasi .
Sedangkan seksualitas merupakan sesuatu yang alami dan tak ada hubungannya
dengan konstruksi sosial.
Namun
menurut Moh Yasir Alimi, feminisme memang sukses membongkar relasi yang tidak
adil antara laki-laki dan perempuan, tapi gagal memahami ketidakadilan yang
bersumber pada seksualitas. Feminisme dianggap terlalu banyak terkonsentrasi
pada gender. Kalau ada perbincangan soal seksualitas dalam feminisme biasanya
adalah persoalan seksualitas yang masih dalam bingkai heteroseksualitas.
Dalam seksualitas, heteroseksual adalah apa yang dianggap normal sedangkan
homoseksualitas adalah sesuatu yang abnormal. Dikotomi inilah yang terus
dipertahankan sehingga mengukuhkan heteroseksual sebagai sesuatu yang normal.
Sementara
itu Derrida melihat normal dan abnormal sebagai suatu permainan bahasa.
Menurutnya tidak ada suatu tanda yang mendahului bahasa sehingga semua tanda
seperti normal merupakan hasil dari konstruksi sosial. Jadi semua apa yang
dianggap normal itu adalah suatu produk sejarah dan produk representasi yang
dikelola dengan bahasa. Lebih lanjut hal yang dianggap normal dikonstruksi
menjadi suatu kebenaran universal dan apa yang berada diluar itu dianggap
abnormal seperti homoseksual. Heteroseksual mendapatkan pembenaran melalui
pelabelan yang negative secara terus menerus melalui kekuatan bahasaterhadap
homoseksualitas.
Pola
penawaran perspektif ini dapat kita lihat di lingkungan sosial nyata ataupun
karya seni. Di lingkungan nyata dapat dilihat betapa menjamurnya kecendrungan akan
hal abnormalitas untuk menunjukkan eksistensi. Dalam karya seni juga dapat
dilihat karya yang ingin menawarkan perpektif baru mengenai seksualitas. Satu
diantaranya dapat dilihat dari novel karya Andrei Aksana terbitan Kompas
Gramedia yang berjudul “lelaki terindah”. Konstruksi fiksi dalam karya ini
memberikan alasan tersendiri untuk prilaku abnormal seperti homoseksualitas.
Novel
ini menggambarkan perjuangan dua lelaki yang memilih jalan sebagai homoseks
yang lazim disebut “cinta terlarang” dengan berbagai tantangan baik itu dari
diri sendiri ataupun dari luar diri. Karakternya sendiri adalah Rafky dan
Valent. Rafky merupakan sosok ideal bagi seorang laki-laki. Dengan fisik yang
nyaris sempurna dan juga intelektualitas yang juga sepadan. Sedangkan Valent
merupakan seorang lelaki yang terkesan mempunyai kehidupan sendiri dan memiliki
suatu daya tarik yang khas yakni walaupun tidak sempurna secara fisik namun
apabila melihatnya berkemungkinan akan memiliki hasrat untuk bersimpati
kepadanya karena fisiknya yang kelihatan lemah dan sakit.
Rafky
tak pelak lagi tak hanya menarik bagi perempuan, namun jenis kelamin apapun
yang melihatnya pasti akan menyimpan kesan kekaguman akan sosok Rafki. Tinggi
menjulang 180 cm dan berdada bidang. Seperti yang digambarkan di novel ini
“Tubuhnya cadas menantang badai/tubuhnya baja tak tembus peluru/sekuat
itu/sekokoh itu”.Dengan kegagahan itu bahkan dia bisa menghipnotis siapapun
yang melihatnya seperti ketika kejadian dia terlambat uttuk check in pada
keberangkatan pesawat.dengan wajah tampannya dia bisa meluluhkan hati petugas
bandara untuk mengizinkannya tetap bisa berangkat meskipun pesawat hanya
beberapa menit lagi take off. Dapat dibayangkan betapa gawatnya pesona yang
dimiliki Rafky sehingga siapapun akan takluk olehnya. Pembaca novel ini mungkin
sangat menyayangkan mengapa Rafky menjadi homoseksual.
Di
dalam pesawat menuju Bangkok Thailand itulah Rafky bertemu dengan Valent.
Keduanya memulai dari perbincangan ringan yang kaku yang dimulai oleh Valent.
Pada saat transit di Singapurapun sepertinya mereka terjebak pada situasi yang
mengharuskan mereka bertemu. Valent memeiliki tampang yang cukup rupawan, tidak
gemuk dan tidak kurus sepadan antara badan dan tingginya kira-kira 173cm tapi
terlihat lemah dan rapuh.Mungkin karena itulah Valent memiliki pesona
tersendiri yakninya kelemahan yang mengundang simpati bagi setiap orang yang
melihatnya. Rafky mengalami kondisi perasaan yang dia tak mengerti seperti ada
suatu magnet dari diri Valent. Namun, cara pikir logisnya terus meredam hal
tersebut. Itu terlihat ketika mereka sampai di Thailand, Rafkipun bergegas
meninggalkan Valent meskipun dalam perasaan sesungguhnya dia masih memikirkan
Valent.
Akan
tetapi tampaknya, rafky memang tak bisa menghindar dari Valent. Pada saat pengambilan
bagasipun mereka bertemu lagi. Valent juga kali ini yang memulai percakapan.
Bahkan sampai menawari Rafkyy untuk menginap di kamarnya saja. Jelas disini
Rafky tak berdaya menghadapi intervensi dari Valent yang keliatan lemah ini
namun sangat agresif. Merekapun menginap sekamar di hotel yang cukup prestisius
di ThaIland. Walaupun secara prinsip berbeda dan Rafky sering menantang apa
yang ada dalam diri Valent, Rafkypun tetap takluk oleh Valent. Seperti Rafky
yang tidak mau berfoya-foya untuk kemewahan dalam traveling. Namun Rafky selalu
bisa dikalahkan oleh Valent. Hal inilah yang membuat Rafky menjadi semakin
penasaran dengan Valent dan bahkan menmpatkan Valent pada focus khusus
pikirannya sampai akhirnya Rafky menerima tawaran valent untuk bersetubuh
dengan Valent.
Dari
cerita tersebut Rafky sebenarnya secara sadar juga telah mengakui nilai sosial
bahwa seksualitas itu harus heterseksual. Namun inilah yang dinamakan perasaan
dan naluri yang tidak bisa diingkari dan cinta itu bisa menyentuh siapa saja.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa seks dilakukan tidak hanya untuk hal yang
berkaitan dengan reproduksi. Namun juga bersifat kesenangan dimana setiap
manusia memiliki hasrat alami untuk menyalurkan hasrat seksualnya. Hal inilah
yang ditekankan oleh Foucoult dimana dia mempertanyakan diskursus bahwa seks hanya
bertujuan reproduksi dan melupakan hasrat “pleasure” atau kenikmatan yang murni
dimiliki manusia. Jelas disini heteroseksual memaksakan bahwa berhubungan seks
hanya untuk memperoleh keturunan dan menepikan kenikmatan sebagai suatu
normalitas dalam ruang seksualitas. Hal inilah yang menyebabkan sosial
menganggap hetereseksual sebagai satu-satunya cara yang mutlak dalam hubungan
seksual.
Novel
ini kentara sekali memberikan tawaran untuk merayakan abnormalitas. Hal ini
disebabkan oleh adanya fondasi yang kuat dalam membenarkan homoseksualitas. Fondasi
tersebut disini adalah latar belakang lingkungan keluarga Rafky. Dia merupakan
anak satu-satunya laki-laki di keluargaya. Nilai-nilai kelelakian telah ditanamkan
padanya. Dia telah terbiasa melindungi saudara perempuan dan keluarganya. Dia
sosok yang sangat pemberani dan pelindung. Dengan begitu tak pelak lagi
nilai-nilai kejantanan sangat melekat padanya apalagi ditambah dengan fisik
yang gagah dan tubuh yang ideal. Dalam hubungan percintaanpun Rafky sangat
tidak susah untuk mencari pasangan. Rata-rata dia memiliki kekasih setiap musim
dan hubunganpun berakhir karena Rafky yang memutuskan. Rafky sebagai laki-laki
tak memiliki kekurangan lagi.
Latar
belakang tersebut tentunya sangat mempengaruhi keadaan Rafky. Tentu saja hidup
di tengah pujaan wanita menjadikannya sudah terbiasa dan wajar baginya. Hal
inilah yang turut mempengaruhi seksualnya dimana heteroseksual yang sangat
mudah didapatkannya tidak lagi berarti baginya karena wanita secantik apapun
telah pernah dikencaninya. Pada sisi inilah Rafky rindu dan ingin untuk
merasakan hal yang berbeda. Pertemuan dengan Valent seakan-akan menjadi pintu
baginya untuk menemukan kenikmatan lain.
Sedangkan
Valent adalah anak laki-laki yang ayahnya telah meninggal pada saat dia masih
kecil. Sehari-hari dia hanya dengan ibunya sampai besar. Dia tidak diizinkan
keluar karena memiliki penyakit. Dia sendiri kemana-mana harus membawa obat dan
penyakit untuk meredam rasa sakit. Bila terlambat sedikit saja nyawanya bisa
melayang. Ketidakadaan sosok sang ayah inilah tentu mempengaruhi Valent untuk
merindukan sosok seorang ayah. Sosok yang akan melindunginya apabila terjadi
sesuatu dan juga kasih sayang dari seorang ayah. Apalagi dengan fisiknya yang
lemah dia ingin sekali membuat sosok laki-laki untuk mengasihinya. Nampaknya
sosok pelindung tersebut ada pada Rafky sehingga Valentpun sangat menginginkan
Rafky.
Tergambar
jelas bahwa kedua lelaki ini memiliki satu kaitan yang sangat butuh membutuhkan
satu sama lain. Rafky jenuh dengan perempuan dan tidak merasakan lagi
“pleasure” dari perempuan dan juga karakter maskulinnya yang ingin melindungi.
Sangat cocok sekali untuk Valent yang merindukan sosok seorang ayah karena dari
kecil hanya ditemani oleh ibunya. Hal ini menyebabkan kedua tokoh ini memiliki
hasrat untuk bersama untuk mendapatkan kesenangan yang diinginkan. Karena dorongan
hasrat adalah suatu hal yang ilmiah dan itu tidak tergantung apakah itu
heteroseksual ataupun homoseksual. Jelas disini apa yang ada pada heteroseksual
hanyalah suatu konstruksi sosial saja. Rafky dan Valent lah dua manusia yang
mencoba menawarkan perspektif tersebut meskipun tentunya penolakan dari luar
ada namun hal itu tak bisa dihentikan meskipun akhirnya Valent meninggal dan
Rafky kehilangan cinta sejatinya karena kuatnya tekanan konstruksi social.
Secara singkat diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa seksualitas adalah konstruk sosial dan budaya, serta akibat dari praktek
diskursif yang dilakukan berulang-ulang melalui bahasa dan kekuatan (Foucault).
Perspektif
yang popular dengan nama queer ini
memang memberikan alasan yang cukup kuat untuk mencoba menggoyang singgasana
heteroseksual. Namun pendekatan yang didasarkan pada pemikiran-pemikiran poststrukturalis
ini juga tidak bebas kritik. Memang sepertinya teori ini hanya bersfat
emosional terhadap sesuatu yang tidak adil sehingga mengalfakan semua
kebenaran. Ketertindasan gender atau seksualitas lebih dipahami sebagai
ketertindasan secara ideologis dan representasi, daripada kondisi material
penindasan itu. Tapi Tentu saja pemikir diatas mempunyai jawaban atas hal
tersebut.