Saturday, January 21, 2012

Review Manusia Setengah Salmon


Kehidupan ini memang suatu misteri yang sangat memberikan pengalaman beragam. Baik itu yang membuat kita terharu dan menyedihkan sampai pada pengalaman yang lucu dan membuat kita terheran-heran akan apa yang terjadi. Memang begitulah hakikatnya hidup. Banyak hal-hal yang tidak diduga dan memiliki kelucuannya tersendiri. Berdasarkan itulah banyak karya-karya yang lahir berdasarkan kehidupan yang dialami, karena memang sesuatu yang dituliskan tentunya berdasarkan pada pengalaman apa yang kita lihat.

Fenomena karya yang menuliskan kisah hidup memang banyak menarik perhatian. Oleh sebab karena betul-betul dirasakan makanya menjadi mengalir ketika dituliskan baik itu yang bersifat fiksi maupun non-fiksi. Contoh paling anyar karya fiksi yang mengetengahkan kelucuan dan hal-hal bersifat pengalaman adalah karya Andrea Hirata “Laskar Pelangi” yang merupakan pengalaman pribadi yang dibungkus dalam bentuk fiksi. Banyak sekali kelucuan tersendiri yang disuguhkannya. Betapa kaya dan beragamnya suatu pengalaman manusia sehingga manusia lain menjadi tertarik untuk menikmati kelucuannya. Saya berkesimpulan bahwa sebenarnya setiap orang memiliki pengalaman kelucuan hidup ini tersendiri.

Dalam karya non-fiksi juga hadir Raditya Dika yang menuliskan kisah kelucuan hidup yang dialaminya dengan bahasa biasa-biasa saja dan khalayak menikmatinya. Apa yang diceritakannya sebenarnya hanyalah hal-hal kecil yang mungkin juga dialami oleh sebagian orang. Kelucuan pengalamannya secara personal, Kelucuan keluarganya, kelucuan teman-temannya, kelucuan tempat atau orang-orang yang dikunjunginya, dan juga kelucuan akan pandangannya tentang sesuatu. Dalam karya terbarunya “Manusia setengah Salamon”, kelucuan-kelucuan itu kembali dieksplornya dalam 19 bab yang diberikannya.

Kelucuan mengenai pengalaman Raditya Dika sendiri dapat dilihat pada bagian “Sepotong hati di dalam kardus coklat”, “pesan moral dari sepotong roti”, “Lebih baik sakit hati”, dan “ Terlentang melihat bintang”. Dalam “Sepotong hati di dalam kardus coklat”, dia menyuguhkan pengalaman diputuskan pacar. Dia memulai dengan memberikan kebiasaan memutuskan yang biasanya kita lihat di sinetron yang diseragamkan dengan kalimat “kita putus ya???” lalu dijawab dengan kalimat “Apaaaa???”. Entah ini realitanya atau hanya disimulasikan. Dia sendiri diputuskan dengan metode yang biasa dimana si cewek akan mengajak ketemuan lalu diputuskan. Laki-laki setelah mendengar diputuskan beraksi dengan biasa-biasa saja seolah-olah berjiwa besar. Padahal dalam hatinya seluruh cowok pasti merasa ketus dan protes seperti aksi demonstrasi. Namun itulah kelucuan cowok, semua berlagak sportif dan macho. Setelah itu mereka pasti galau dan beraksi seperti penderita leukemia yang tak punya energi satupun. Tak bisa diajak bicara dan bawaannya selalu melamun. Namun raditya Dika tumben sedikit bijak ketika mamanya mengajak pindah. Kepindahanpun dianalogikannya dengan putus dimana kita harus menerima dan mencoba untuk pindah dan memulai beradaptasi dengan hal yang baru.

Kemudian di dalam seri “pesan moral dari sepotong roti” diceritakan pengalamannya mencari makanan di Italia, tepatnya mencari la Bitta di Venezia. Berlagak menjadi traveler pencari makanan berdasarkan rekomendasi suatu website perjalanan. Sambil juga berlagak sok “high-tech” dia menggunakan googlemaps namun apa daya ketika masih dalam perjalanan sinyal mati dan merekapun tersesat di tengah perut kelaparan mengarungi gang-gang kecil dan ada yang bau kencing. Setelah bertanya-tanya dan pada akhirnya sinyal hidup lagi ditemui bahwa restoran itu ternyata tidak ada, yang ada hanya tembok besar. Memang ternyata informasi dari web tersebut memang out of date. Akhirnya terpaksa mereka makan di restoran yang terlihat dan makan dengan enak walaupun tidak ketemu la Bitta itu. Makan enak karena kelaparan dan proses yang melelahkan sehingga sepotong roti sangat berarti bagi mereka. Selain itu Dika juga menceritakan cerita kuliner di Negara lain dan kebiasaannya seperti di Prancis dan Jerman. Kalau di prancis pelayan itu adalah raja dan kalau di Jerman ada makanan yang paling enak tapi bagi kita itu tak lebvih enak dari Gado-gado. Intinya selera kita itu beda dan cara dan budayapun beda.

Cerita lain tentang pengalaman pribadi terlihat di “lebih baik sakit hati”. Bab ini memberikan cerita mengenai pengalaman sakit gigi yang sebenarnya lebih parah daripada sakit hati bagi yang pernah merasa sakit gigi. Sejak kecil Dika telah memiliki pengalaman buruk dengan sakit gigi dan paling takut dengan dokter gigi. Namun ibunya yang overprotected terus memperhatikan dan menganjurkan check gigi sampai-sampai mamanya sempat mengecoh Dika kecil dengan alasan pergi ke Dufan padahal ke klinik gigi. Pada saat remajapun dia kembali berhubungan dengan masalah namanya gigi. Mamanya menilai kalau dia kelihatan monyong dan disarankan untuk pakai kawat gigi. Namun karena masang behel adalah suatu bentuk kegaulan, Dikapun setuju dan setelah itu dia terus tebar senyum dengan behelnya. Demi kegaulan itu dia harus rela merasakan sakit karena makai behel. Gigi terasa ketarik dan sariawan di bibir gara-gara tajamnya behel sehingga susah ngomong. Pada saat dewasapun ternyata perkara gigi masih membelitnya. Gigi geraham bungsu mulai tumbuh. Masa sakitpun akhirnya datang dan butuh juga dokter gigi. Saat itu lebaran, tak mungkin ada dokter gigi, memanfaatkan twitter dia menanyakan dimana dokter gigi yang buka. Walaupun banyak yang becanda tapi ada satu yang memberikan solusi konkret dan memberikan alamat dokter gigi yang masih buka waktu lebaran. Hal yang ditakutkan akhirnya terjadi yakni gigi harus dicabut, sialnya setelah satu dicabut harus dicabut satu lagi. Tuntas sudah penderitaannya. Bahkan adapula satu gigi yang harus dioperasi karena tumbuhnya menabrak gigi lain. Pokoknya bagian ini cerita tentang penderitaannya akan giginya yang tidak normal itu.

Cerita lucu lainnya yang berdasarkan pengalamannya adalah “Terlentang melihat bintang”. Sebuah kisah perjalanan yang berlagak menjadi seorang “kota” mencoba hidup di “desa” seperti salah satu program TV salah satu televisi swasta. Dika ke Ujung berung Bandung untuk mempelajari beladiri tradisi “gulat benjang”. Alasannya karena dari kecil dia tidak bisa beladiri dan menjadi santapan bagi teman-temannya. Disana terkenal dengan tarung gulat benjang dimana siapa yang menang gulat benjang dia akan mendapatkan istri. Sontak saja Dika berpikir kalau dia hidup disini pasti dia tidak bakalan dapat-dapat jodoh. Pendidikan di dunia pergulatanpun dilaluinya, bukan hanya sekedar belajar gulat tapi juga belajar hidup layaknya orang desa. Setiap hari jalan ke sawah yang banyak ular, memeras susu, nyari rumput dan kegiatan desa lainnya.

Kelucuan mengenai keluarganya yakni orang tua dan adik-adiknya kembali menjadi bahan yang membuat kita merasa tergeli sendiri. Kelucuan mengenai papanya dapat dilihat pada bagian “ledakan paling merdu” Bagian ini menceritakan kebiasaan papanya yang memiliki ritual mengeluarkan kentut. Semula dia memang menilai prilaku ayah tersebut sangat aneh, namun perlahan-lahan diapun juga ketularan melakukan hal ini. Bahkan papanyapun mengajarkan metode mengeluarkan kentut seperti satu hal yang ilmiah yang memiliki teknik tersendiri sehingga bunyi kentutnya akan lebih “berkualitas”. Memang sangat lucu. Namun hal itulah yang membuatnya malah mengagumi sosok papanya.

Anggota keluarga yang mendapat porsi lebih untuk diceritakan disini siapa lagi kalau bukan mamanya yang “overprotected”. Hal ini bisa dilihat dari bagian “kasih ibu sepanjangBalanda” dan “mencari rumah sempurna”. Dalam “kasih ibu sepanjang Belanda” pertama dia menceritakan karakter ibunya yang memang terlalu berlebihan padanya sejak kecil sampai-sampai dia malu di sekolah atau dimanapun. Perhatian berlebihan masih dialaminya pada usia 22 tahun ketika akan mengiikuti summer course di Belanda. Pada saat packing saja seluruh onderdil dipaksa oleh mamanya untuk dibawa. Dari celana dalam sebanyak-banyaknya sampai pada kecap ABC. Tak hanya itu mamanya juga mengkhawatirkan apakah bisa bahasa Belanda atau tidak. Namun bagaimanapun perhatian seorang ibu memang ada gunanya. Itu terjadi saat dia harus berkomunikasi di Belanda pada saat baru datang. Bahasa yang tahu hanya “Godverdomme”itupun karena pernah nonton film si Pitung. Sepanjang di Belandapun Ibunya hampir setiap saat menelepon. Cerita inilah yang membuat kita semakin geli.

Masih dari cerita mamanya dengan judul “mencari rumah yang sempurna”. Mamanya memiliki kebiasaan apabila tampak rumah yang lebih bagus pasti niat untuk pindah. Dari Dika kecil sudah beberapa kali mereka pindah rumah untuk menuruti nafsu pindah mamanya. Si mama sangat terobsesi untuk mencari rumah yang sempurna dan tentunya seluruh referensi perumahan dimilikinya melebihi pengusaha property sekalipun. Majalah propertinya mengalahkan majalah gossip. Bahkan apapun pembicaraan yang dikemukakan pasti ujung-ujungnya mentok pada masalah rumah. Padahal sebenarnya mamanya sudah sering kecewa karena kebanyakan rumah yang dilihatkan gambarnya tidak sama seperti yang aslinya. Tapi itu tetap saja tidak mematahkan semangat juangnya untuk menemukan rumah sempurna impiannya walaupun sekeluarga repot untuk terus beradaptasi dengan rumah baru.

Bagian kelucuan lain dapat kita ketahui dari cerita dan pengalaman orang di sekitarnya. Pertama dari sopirnya pada bab bagian “Bakar saja keteknya”. Dika telah banyak mengalami pengalaman dengan sopir yang memiliki beragam karakter mulai dari orang timur yang keras sampai orang jawa yang lembut. Ada pula yang hafal jalan hanya kalau mulai dari blok M, terbayang betapa repotnya kalau jalan ke semua arah harus mulai dari blok M. Cerita yang banyak di ceritakan adalah sopirnya yang punya bau ketek sangat sadis sedunia. Setiap pergi dengannya adalah seperti penderitaan berada di dalam septiteng. Namun Dika tak berani atau tak punya cara untuk menyampaikannya. Apalagi memecatnya karena memang orangnya ramah dan baik. Berbagai cara dilakukannya mulai dari membicarakan bunga bangkai yang bau dan bagaimana memusnahkan baunya. Tapi sopir itu tidak sensitive, bahkan sarannya untuk memusnahkan bau bunga bangkai dibakar saja. Mana mungkin juga keteknya akan dibakar. Kemudian Dika juga mencoba meletakkan deodorant di mobil berharap akan dicuri si sopir, tapi si sopir dengan sangat lugunya mengembalikan. Pernah juga diberi hadiah, namun hanya disimpannya. Siksaan bau masih terus menggerayanginya. Akhirnya Dika memberikannya saja secara langsung. Akan tetapi esok hari masih bau, ternyata sopir itu memakainya sebelum tidur, pantas saja masih bau.

Satu lagi mengenai cerita orang di sekitarnya ada di judul “Tarian musim kawin”. Cerita tentang temannya yang akan memasuki jomblo perak atau orang yang tidak pernah pacaran hampir selama 25 tahun. Dia tidak jelek-jelek amat bahkan sudah S2. Lalu Dika menyarankan untuk mulai menggunakan jejaring social yakni twitter. Setelah memakai twitter ternyata orang yang diinginkannya tak seperti yang ada di timeline. Twitnya keren dan kadang pakai bahasa inggris tapi aslinya dia bahkan hitam dekil dan kelihatan lebih tua dari usianya. Inilah salah satu pembohongan public melalui avatar dan timeline di twitter. Namun akhirnya Trisna juga bertemu orang yang bisa dianggap target. Dimulailah PDKT. Mentionpun sering dilakukan dan twit selalu mengisyaratkan aktivitas yang dilakukan. Namun hal ini tampaknya yang menimbulkan kebosanan si gebetan. Karena tiap buka jaringan sosial apapun pasti hanya ada Trisna saja. Akhirnya sang gebetan juga tidak nembak-nembak dan menimbulkan suatu kegalauan akan apa status sebenarnya.

Selanjutnya ada juga pandangan penulis sendiri mengenai satu fenomena. Dalam”Jomblonologi” diceritakan pandangannya tentang macam-macam jomblo. Pertama jomblo structural yang terjadi karena kualitas diri tidak sesuai seimbang dengan yang diinginkannya. Solusinya adalah dengan meningkatkan kualitas diri atau mengubah target, dan rendahkan standar, jangan terlalu tinggi. Kedua ada jomblo cylical terjadi karena adanya masa istirahat pacaran pada masa-masa tertentu seperti pada masa ujian ataupun tes PNS. Kemudian ada jomblo friksional yang disebabkan karena menginginkan waktu istirahat dari pacaran setelah baru putus. Di bagian ini juga ada cara jitu pemasaran untuk para jomblo. Hal yang harus diperhatikan adalah product, place, promotion, dan price. Jadi untuk mendapatkan pacar juga sama dengan mendapatkan konsumen dengan metode pemasaran yang matang.

Bab yang juga menjadi judul buku ini adalah bagian “manusia setengah salmon”. Bagian ini mengandung isi yang lumayan cerdas. Memberikan kita pencerahan tentang suatu makna hidup dengan menganalogikannya dengan ikan Salmon. Ikan Salmon selalu berpindah beribu-ribu kilometer untuk mengambil resiko harus pindah ke tempat yang baru. Karena berpindah adalah suatu esensi hidup dan siap untuk memulai di tempat baru. Kadang dalam perjalananpun ikan Salmon ada yang mati. Begitulah substansi hidup berdasarkan nilai yang diambil dari ikan salmon yang harus berpindah dari zona yang sebenarnya nyaman. Intinya, pindah adalah suatu hal yang pasti dan pindah itu diikuti oleh kesedihan karena kita pindah ketempat baru yang kita tidak tahu apakah disana lebih baik atau tidak.

Selanjutnya ada bagian-bagian dalam buku ini yang bahannya diambil dari celotehan yang terjadi di twitter. Ada dari hasil mention atau Tanya jawab yang lucu di twitter. Ada juga status-status orang galau yang aneh. Bahkan ada juga emoticon-emoticon yang diharapkan bisa menghibur.

1 comment:

yori said...

Spoiler..........
Saya belum baca..