Friday, July 8, 2011

Dinilai Kurang Koordinasi Pembinaan Olahraga di Batam Belum Maksimal

Dinilai Kurang Koordinasi
Pembinaan Olahraga di Batam Belum Maksimal

BATAM - Pembinaan olahraga di Batam dinilai belum maksimal. Salah satu penyebabnya adalah kurang adanya koordinasi unsur-unsur terkait seperti, Kantor Pemuda dan Olahraga (Kanpora), Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni), dan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam.

Demikian disampaikan mantan pengurus Koni Batam (2006-2010) dan pengamat olahraga, H. Yeyen Sofyan saat ditemui di kantor Koni Batam, Rabu (6/4).

Dikatakan, berbagai pihak telah melakukan pembinaan dengan menggelar kompetisi maupun turnamen. Akan tetapi, kompetisi hanya sekedar dilakukan tanpa ada pembinaan lanjutan. Setiap pihak di atas berkoar melakukan kompetisi untuk pembinaan, tetapi hasilnya tidak ada. Itu terjadi karena objek mereka tidak bersatu sehingga hasil yang diharapkan tidak mempunyai nilai lebih terhadap prestasi olah raga.

Mantan pemain dan pelatih sepak bola ini juga mengeluhkan sejumlah cabor (cabang olahraga) yang bergantung kepada Koni. Tidak ada seorangpun figur yang punya komitmen dan semangat untuk mewujudkan prestasi olahraga di Batam.

"Dari sekian banyak pengurus olahraga di Batam, semuanya berlomba untuk memimpin dan mengurus. Akan tetapi setelah itu, tak ada pembinaan yang dilakukan. Seluruh pengurus terlihat pasrah karena masalah klasik yakninya dana," katanya.

Ini memang masalah sulit bila kita bergantung pada dana Koni Kota Batam. Ada sekitar 24 cabor yang harus disuntik dengan dana Koni yang biasanya hanya Rp1,2 miliar. Kalau dibagi, memang masing-masing cabang ini akan dapat sedikit. Apalagi selain itu, dana juga akan dibagi lagi ke divisi-divisi lain yang ada di tubuh organisasi. Contohnya dana untuk KOK (Koordinator Olahraga Kecamatan).

Lebih jauh, Yeyen membicarakan tentang sepakbola di Batam. Saat ini di Batam ada PS Batam yang berlaga di Divisi II PSSI. Rata-rata di PS Batam dihuni oleh pemain senior. Ini menjadi tanda tanya apakah ada pembinaan atau tidak. Apalagi saat ini juga ditetapkan kalau pemain Divisi II harus U-23. Dalam olahraga ini, hal yang terpenting adalah pembinaan. hendaknyalah Klub sepakbola memiliki suatu program pembinaan yang jelas dan terarah.

Sementara, pembinaan di Sekolah Sepak Bola (SSB) yang ada di Batam, kebanyakan diantara klub hanya akan bersiap-siap bila ada turnamen ataupun kompetisi. Setelah itu, kegiatan sepak bola seakan tidak ada. Dalam manajemen pembinaan pun, banyak SSB yang tidak memiliki pelatih minimal bersertifikat D untuk pelatih usia muda.

Saat ini, pemerintah ataupun pihak swasta masih terlihat setengah hati terhadap dunia olahraga. Pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa karena DPRD yang menentukan anggarannya dan para penguruspun tidak kreatif untuk mencarikan dana alternatif selain dana dari pemerintah. Pihak swastapun tidak banyak yang peduli dengan olahraga, apalagi untuk pembinaan.

"Ke depan, melalui kepengurusan Koni yang baru, saya berharap pembinaan olah raga bisa berkoordinasi dengan baik dan fokus mulai usia dini," pinta Yeyen.(cw44)

No comments: